Kastautama lainnya, dari tertinggi hingga terendah, adalah Ksatria (prajurit dan pangeran), Vaisya (petani atau pedagang) dan Shudra (pembantu dan petani bagi hasil). Yang menarik, para Brahmana hanya muncul dalam catatan sejarah sekitar masa Kekaisaran Gupta , yang memerintah dari abad ke-4 hingga abad ke-6.
Lamalama orang Bali pun bingung, yang mana kasta dan yang mana ajaran Catur Warna. Kesalah-pahaman itu terus berkembang karena memang sengaja dibuat rancu oleh mereka yang terlanjur "berkasta tinggi". Pada masyarakat Hindu di Bali, terjadi polemik ( Pro dan Kontra ) dalam pemahaman dan pemaknaan warna, kasta, dan wangsa yang berkepanjangan.
Dilansirdari Encyclopedia Britannica, waisya, sudra,ksatria, brahmana, paria. urutkan secara sistematis sistem kasta dalam ajaran hindu di atas tersebut 4, 3, 1, 2, 5.
Jawaban#2 dengan Total 70 Like Ini pelajaran ips kan , aku jga belajar ini , kalo gk salah jawabannya itu :memberikan pangkat atau tingkatan yang berbeda , untungya itu bisa di pandang sebagai misalnya . kasta brahmana itu kan untuk para pendeta , nah klo dia itu kasta brahmana , berarti , itu sudah di pandang sebagai pendeta ,, semoga
Sistemkasta di India membagi umat Hindu menjadi 4 kasta yakni Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Kasta tersebut dibedakan berdasarkan siapa mereka di kehidupan.
Penulismenceritakan mengenai kehidupan Bali yang penuh dengan aturan adat budaya yang kaku. Terutama pada sistem kasta yang berlaku, adapun sistem kasta yang dikenal pada masyarakat Bali, yaitu terdiri dari : kasta Brahmana, yang merupakan kasta pada tingkatan tertinggi, yakni golongan pendeta. Kasta Ksatria, yaitu merupakan golongan para
sxcJw. Ilustrasi kelebihan teori Ksatria dalam proses masuknya agama Hindu Buddha di Indonesia, sumber gambar oleh Engin Akyurt dari PixabayProses penyebarluasan agama Hindu Budha di Indonesia secara teoritis melalui jalur penaklukan, perdagangan dan penyebarluasan budaya. Pemegang peran utama dalam proses penyebarluasan budaya Hindu Buddha melalui penaklukan adalah golongan prajurit atau kasta Ksatria. Sedangkan untk penyebarluasan melalui jalur niaga dikerjakan oleh para pedagang atau golongan Waisya. Sedangkan untuk penyebarluasan budaya melalui jalur dakwah dilakukan oleh golongan Brahmana. Mereka datang ke Indonesia atas undangan para penguasa di Indonesia. Lalu, apa yang dimaksud dengan kelebihan teori Ksatria dalam proses masuknya agama Hindu Buddha di Indonesia?Teori Ksatria dalam Proses Penyebar Luasan Agama Hindu BuddhaDikutip dari buku IPS Terpadu, Nana Supriatna dkk 2007 203 teori Ksatria adalah teori yang mengatakan bahwa Indonesia pernah dikolonisasi atau dijajah oleh bangsa India. Golongan yang menaklukkannya adalah golongan Ksatria. Melalui proses tersebut pengaruh Hindu masuk ke Indonesia. Teori ini dikemukakan oleh Prof. Dr. teori ini, kasta Ksatria adalah salah satu kasta yang ada di dalam sistem sosial agama Hindu, yang terdiri dari para raja, para prajurit, dan bangsawan. Beberapa orang yang berasal dari kasta Brahmana umumnya menyelenggarakan pemerintahan dan juga memimpin kerajaan. Selain itu mereka juga sering memimpin Teori KsatriaIlustrasi kelebihan teori Ksatria dalam proses masuknya agama Hindu Buddha di Indonesia, sumber gambar oleh Nile dari PixabaySeperti halnya teori yang lain yang membahas masuknya agama Hindu Buddha ke Indonesia teori Ksatria memiliki beberapa kelebihan di antaranya adalahSemangat berpetualang dan menaklukan daerah lain, pada saat itu umumnya dimiliki oleh para Ksatria keluarga kerajaanMenurut C Berg, para ksatria ada yang terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di Indonesia. Mereka dijanjikan akan di beri hadiah apabila menang, yaitu dinikahkan dengan seorang putri dari kepala suku yang dibantunya. Dari perkawinan ini, tradisi Hindu berkembang dengan mengemukakan bahwa para ksatria ini membangun koloni-koloni yang akhirnya berkembang menjadi kerajaan dan menjalin hubungan dengan kerajaan Moens mengemukakan bahwa pada abad ke-5, banyak para ksatria yang melarikan diri karena peperangan di India. Para ksatria yang berasal dari keluarga kerajaan mendirikan kerajaan baru di kelebihan teori Ksatria dalam proses masuknya agama Hindu Buddha di Indonesia. WWN
7 Piramida ini menunjukkan kedudukan masing-masing kasta dimana Brahmana memiliki kedudukan teratas, Ksatria kedua, Waisya ketiga, dan Sudra terakhir. Sementara dari jumlah kuantitasnya, jumlah Sudra paling banyak kemudian Weisya, Ksatria, dan Brahmana paling sedikit. Sehingga pada wilayah transmigrasi jumlah ini juga mempengaruhi kuantitas masing-masing kasta. Brahmana Ksatria Waisya Sudra 28 dan Dewa. Wesya menggunakan gelar I Gusti Agung, I Gusti Bagus laki-laki, I Gusti Ayu perempuan. Sementara Sudra tidak memiliki gelar, namum cara penamaan mereka menggunakan urutan kelahiran yaitu Wayan pertama, Made kedua, Nyoman ketiga, dan Ketut keempat, begitupun berulang pada anak selanjutnya Kerepun, 2007 50. Tahara 2014 dalam buku Melawan Stereotip juga menjelaskan bahwa kelompok Kaomu dan Walaka merupakan kelompok atas yang menguasai kekuasaan, privilese, dan prestise. Dianggap sebagai pendiri Wolio. Sementara Papara merupakan kelompok bawah yang menempati wilayah-wilayah di luar Wolio. Hal ini semua diatur oleh satu konsep bernama kamia asal-usul, yang menjadi landasan pikiran atau pengetahuan kelompok-kelompok masyarakat Buton dan menjadi tindakan dalam memahami relasi sosial. Dalam kitab suci Veda tidak dikenal istilah kasta. Yang termuat dalam kitab suci Veda adalah Warna atau pada kitab Bhagavadgita adalah Catur Warna, yakni pembagian masyarakat menurut Swadharma profesi atau wilayah kerja masing-masing. Selain itu, yang ada dalam kehidupan masyarakat Bali adalah Wangsa, yaitu sistem kekeluargaan yang diataur menurut garis keturunan. Pada masayarakat Hindu di India pun sesungguhnya bukanlah kasta tetapi Varnas Bahasa Sanskerta yang artinya Warna colour; ditemukan dalam Rg Veda sekitar 3000 tahun sebelum Masehi yaitu Brahman pendeta, Kshatriya prajurit dan pemerintah, Vaishya pedagang/ pengusaha, dan Sudra pelayan. Tiga 29 kelompok pertama disebut “dwij” karena kelahirannya diupacarakan dengan prosesi penyucian. Kemudian yang menjadi persoalan, ketika kasta dipakai dalam memahami konsep Varna pada masyarakat Hindu. Ini diperkenalkan oleh bangsa-bangsa Eropa saat melakukan kolonialisme. Di Indonesia diperkenalkan di masa Kerajaan Majapahit masa Hindu oleh penjajahan Portugis dan Belanda dan sampai pada masyarakat Bali. Nama-nama yang dipakai dalam Catur Warna Brahmana, Ksatria, Wesya, Sudra semua fungsinya diambil alih oleh kasta, termasuk gelarnya. Parahnya kemudian, gelar tersebut diwariskan turun-temurun, diberikan kepada anak-anak mereka tak peduli mereka menjalankan fungsi atau ajaran Catur Warna atau tidak8. Tetapi masalah dalam penelitian ini bukan terletak pada ketidak pahaman masyarakat Bali tentang konsep yang “sebenarnya” dan kesalah pahaman konsep perkastaan serta berbagai pembantahannya. Pada dasarnya sampai saat sekarang ini kasta tetap masih saja dijalankan dan dipahami secara utuh oleh masyarakat bali secara umum. Menjadi masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana kasta dan konsep normatif kasta sudah berubah seiring perubahan sosial budaya yang ada. Lebih tepatnya penelitian ini berfokus pada dinamika relasi antar-kasta saat sekarang ini. 8 Bangsa Portugis yang dikenal sebagai penjelajah lautan adalah pemerhati dan penemu pertama corak tatanan masyarakat di India yang berjenjang dan berkelompok; mereka menamakan tatanan itu sebagai casta. Tatanan itu kemudian berkembang di Eropa terutama di Inggris, Perancis, Rusia, Spanyol, dan Portugis. Sosialisasi casta di Eropa tumbuh subur karena didukung oleh bentuk pemerintahan monarki kerajaan dan kehidupan agraris. Kemudian digunakan dalam kolonialisme. 30 Di Pulau Bali kasta oleh beberapa peneliti dan penulis ilmu sosial seperti I Gusti Ngurah Bagus 1969, I Ketut Wiana dan Raka Santri 2001, AA Gde Putra Agung 2001, Nengah Bawa Amadja 2001, dan AA GN Ari Dwipayana 2004 dianggap “kasta telah dihapuskan”. Tetapi istilah ini dipandang tidak realistis, karena untuk menghilangkan sebuah nilai dan norma kasta seutuhnya sangat tidak mungkin. Istilah yang tepat sebenarnya adalah tranformasi, perubahan, atau dinamika yang bergeser dari konteks normatifnya. Umumnya sistem kasta di Bali baru muncul setelah Bali ditaklukkan oleh Majapahit pada tahun 1343 Masehi, yang kemudian disusul dengan munculnya gelar-gelar kebangsawanan baru, yang mungkin asli Bali, karena gelar yang dipergunakan di Bali tidak semua ada samanya dengan di Jawa. Demikian kasta merupakan hasil Majapahitisasi terhadap Bali. Sampai sekarang seluruh ilmuan pun sepakat bahwa kasta adalah barang impor dari Jawa, tetapi gelar-gelar kebangsawanan mungkin asli ciptaan lokal Bali, yang mengalami perubahan berkali-kali. Gelar seperti Dalem, Gusti, dan Kiayi memang terdapat di Jawa tetapi yang lainnya tidak. Jika dijelaskan dengan Teori Difusi oleh Rivers 1864-1922 bahwa kasta mulanya muncul di India sebagai sebuah konsep yang menyebar seiring menyebarnya agama Hindu diberbagai belahan Dunia termasuk Jawa. Setelah masuk di Jawa dan diadopsi oleh kerajaan Majapahit, kasta kembali disebarkan diwilayah lain meliputi Pulau Bali. 31 Kasta sejak dahulu sampai sekarang telah menuai banyak problematik. Diantaranya mengenai aturan-aturan antar-kasta dalam berbagai segi kehidupan yang banyak mengalami perubahan. Misalnya dalam percakapan sehari-hari orang berkasta anak makasta, yaitu orang termasuk golongan Triwangsa, golongan darah biru, dengan yang disebut golongan Sudrawangsa di Bali banyak menuai kecaman. Menurut sebagain peneliti para triwangsa sudah tidak lagi mampu manjalankan dharma dan kwajibannya. Tetapi tetap saja, kasta tetap ada pada masyarakat Bali yang secara jelas mampu membagi masyarakat Bali secara hirarkis menjadi golongan-golongan tertentu. Hanya saja memang terjadi berubahan, terutama dalam hal relasi mereka. Istilah yang kemudian tepat dalam hal ini adalah konsep dinamika. Untuk beberapa tulisan mengenai kasta pada masyarakat Bali di luar Pulau Bali yaitu wilayah transmigrasi sangat kurang referensinya. Kalaupun ada bukan sebuah penelitian kualitatif atau etnografi. Secara spesifik kasta banyak pula menuai kasus atau problematika maka banyak literatur yang variatif menjelaskan mengenai kasta. Akhirnya para peneliti hanya lebih berfokus pada kasta dalam konteks Pulau Bali saja. Namun, penelitian-penelitian lain pada bidang atau aspek kehidupan masyarakat Bali di luar Pulau Bali cukup banyak. Misalnya mengenai sistem Subak oleh Dik Roth 20029 di wilayah transmigarasi yang sekarang juga menjadi 9 Dahulu masih Desa Kertoraharjo, Kecamatan Mangkutana dan Kabupaten Luwu Utara. Penelitian mengenai subak pada masyarakat Bali Desa Kertoraharjo. 32 wilayan yang dipilih dalam penelitian ini. Secara sosial-budaya khususnya pendekatan historis Dik Roth banyak memberikan penjelasan, namun sekali lagi spesifik mengenai kasta masih sangat kurang. Hal ini yang kemudian menarik untuk diteliti. Dimana aspek-aspek tertentu seperti historis lingkungan fisik yang bukan merupakan Pulau Bali. Lingkungan sosial kaitannya dengan hubungan antar kultur luar atau setempat lokal, atau kondisi multikulturalisme, dan modal transmigrasi10 dari pemerintah yang sama. B. Dinamika Relasi Antar-Kasta Pengertian dinamika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah gerak masyarakat secara terus-menerus yang menimbulkan perubahan dalam tata hidup masyarakat yang bersangkutan. Sementara dalam ilmu sosiologi, dinamika sosial diartikan sebagai keseluruhan perubahan dari seluruh komponen masyarakat dari waktu ke waktu. Keterkaitan antara dinamika sosial dengan interaksi sosial adalah interaksi mendorong terbentuknya suatu gerak keseluruhan antara komponen masyarakat yang akhirnya menimbulkan perubahan-perubahan dalam masyarakat baik secara progresif ataupun retrogresif. Ada beberapa unsur yang berubah dan berkembang pada dinamika sosial yang terjadi. Diantaranya adalah struktur sosial, nilai-nilai sosial-budaya, dan organ-organ masyarakat Suatu Pengantar Sosiologi, 2000. 10 Modal transmigrasi melingkupi modal yang diberikan pemerintah berupa lahan, rumah, perlengkapan rumah tangga, alat-latat pertanian seperti cangkul, sabit, parang, bahan makanan, dll. 33 Masyarakat Bali di Pulau Bali telah mengalami perubahan sosial dan budaya. Perubahan dan dinamika yang terjadi merupakan ciri yang sangat hakiki dalam masyarakat dan kebudayaannya. Sebuah fakta yang tak terbatahkan bahwa perubahan merupakan suatu fenomena yang selalu mewarnai perjalanan sejarah setiap masyarakat dan kebudayaannya. Tidak ada satu pun masyarakat yang statis dalam arti absolut. Setiap masyarakat selalu mengalami tranformasi dalam fungsi waktu - sehingga tidak dicermati dengan waktu yang berbeda – baik masyarakat tradisional maupun masyarakat modern, meskipun dengan laju perubahan yang berfariasi Redfield, 1960; Eisenstadt, 1992; Haferkamp dan Smelser, 1992, dalam Pitana, 1994. Wisnumurti 2012 dalam bukunya Relasi Kuasa–Penguatan Demokrasi Lokal di Bali menjelaskan mengenai pola relasi para aktor politik yang didominasi oleh triwangsa terhadap jumlah suara sudrawangsa dalam pemilihan kepala daerah. Karena triwangsa memiliki kekuasaan dan power sehingga menjadikanya mampu mengontrol relasi. Dalam dinamika penyelenggaraan politik lokal ini menjadi interaksi berbagai kepentingan untuk tujuan kekuasaan. Relasi kuasa berbagai kekuatan berpengaruh tidak dapat dihindari. Kontestasi yang terjadi mendorong intensitas komunikasi dan relasi semakin tinggi. Dalam buku tersebut juga dijelaskan bagaimana relasi berubah dari periode ke periode. Dari masa kepemerintahan dahulu sampai saat ini. Sependapat dengan pandangan Wisnumurti dalam analisis relasi diatas, pada masyarakat transmigran Bali juga mengalami proses serupa. 34 Hal diatas merupakan satu bentuk relasi antar-kasta pada dimensi politik yang dikaji dan diuraikan secara mendalam. Berbagai dimensi lain seperti matapencaharian, adat dan agama, pendidikan, dan lainnya coba akan dijelaskan dalam penelitian ini. Tentunya pendekatan yang paling relefan dalam hal ini adalah pendekatan holistik. Contoh mengenai dinamika relasi struktur sosial digambarkan lagi dalam masyarakat Buton mengenai kelompok Papara suku Katobengke yang dahulu distereotipkan kotor, jorok, bau, berkaki besar, dan lain-lain oleh kelompok koumu dan walaka. Kini pada perubahan yang terjadi mereka melakukan perlawanan terhadap stereotip tersebut. Ini adalah salah satu bentuk dinamika relasi yang terjadi di Buton. 35 BAB III
kasta India adalah salah satu bentuk stratifikasi sosial tertua di dunia yang bertahan. Sistem kasta ini mengkategorikan orang Hindu saat lahir, mendefinisikan tempat mereka dalam masyarakat, pekerjaan apa yang dapat mereka lakukan dan siapa yang dapat mereka nikahi. Sistem kasta membagi umat Hindu menjadi empat kategori utama yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Bagaimana kasta muncul? Manusmriti, yang secara luas dianggap sebagai buku paling penting dan otoritatif tentang hukum Hindu dan berasal dari setidaknya tahun sebelum Kristus lahir mengakui dan membenarkan sistem kasta sebagai dasar ketertiban dan keteraturan masyarakat. Banyak yang percaya bahwa kelompok-kelompok kasta berasal dari Brahma, Dewa Penciptaan Hindu. Di puncak hierarki adalah para Brahmana yang sebagian besar adalah guru dan intelektual dan diyakini berasal dari kepala Brahma. Kemudian Ksatria, atau para pejuang dan penguasa, konon dari tangannya. Ketiga Waisya, atau para pedagang, yang diciptakan dari pahanya. Di bagian bawah tumpukan adalah Sudra, yang datang dari kaki Brahma dan melakukan semua pekerjaan kasar atau buruh. Kasta utama dibagi lagi menjadi sekitar kasta dan sub-kasta, masing-masing berdasarkan pekerjaan khusus mereka. Di luar sistem kasta Hindu ini ada terdapat kasta "tak tersentuh" atau Dalit. Selama berabad-abad, kasta telah mendikte hampir setiap aspek kehidupan agama dan sosial Hindu, dengan masing-masing kelompok menempati tempat tertentu dalam hierarki yang kompleks ini. Komunitas pedesaan telah lama diatur berdasarkan kasta - kasta atas dan bawah hampir selalu hidup dalam koloni yang terpisah, sumur air tidak dibagi, Brahmana tidak akan menerima makanan atau minuman dari Sudra, dan seseorang hanya dapat menikah dengan antar sesama kastanya. Sistem memberikan banyak hak istimewa pada kasta atas sementara sanksi penindasan dari kasta bawah oleh kelompok-kelompok istimewa. Sering dikritik karena tidak adil dan regresif, namun peraturan dalam kasta tetap tidak berubah selama berabad-abad, menjebak orang ke dalam tatanan sosial. Hingga pada akhirnya, sistem kasta India secara resmi dihapuskan pada tahun 1950, tetapi hierarki sosial berusia yang dikenakan pada orang sejak lahir itu masih ada dalam banyak aspek kehidupan. Jutaan orang, sekitar 25 persen dari populasi India yang berjumlah 1,3 miliar orang, dikelompokkan di bawah kasta terjadwal Dalit dan suku terjadwal Adivasis dalam konstitusi India. Adivasis adalah penduduk asli India yang telah terpinggirkan secara sosial dan ekonomi selama berabad-abad. AP photo/ Rafiq Maqbool Ilustrasi kasta Dalit. Pekerjaan Kasta Dalit Dalit dipaksa untuk mengambil pekerjaan seperti penjaga kebersihan, pemulungan, bekerja di tempat pembakaran batu bata dan kerajinan kulit - pekerjaan yang dianggap "kotor" atau "tidak terhormat" untuk komunitas kasta yang lebih tinggi. Pekerjaan sanitasi dan pembersihan secara formal dan informal mempekerjakan 5 juta orang, di mana 90 persen termasuk dalam sub-kasta Dalit terendah, menurut studi lima bulan pekerja sanitasi di seluruh India yang dilakukan pada tahun 2017 oleh Dalberg Advisors, sebuah kebijakan pembangunan dan perusahaan strategi, dengan dukungan dari The Gates Foundation. Baca Juga Mengapa Orang India Rela Mandi di Sungai Paling Tercemar di Dunia Ini? PROMOTED CONTENT Video Pilihan
Ilustrasi kasta di India. Foto pixabaySistem kasta di India telah ada sejak beberapa abad yang lalu. Istilah kastanya dikenal dengan sebutan “Yati”, sedangkan sistemnya disebut sebagai “Varna”.Menurut Kitab Rig Veda dan kitab-kitab Brahmana, terdapat empat varna yang dijumpai dalam kehidupan masyarakat India. Varna atau sistem kasta tersebut disusun dari golongan yang paling atas hingga terendah. Mengutip buku Sosiologi Keperawatan susunan Dra. Noorkasiani, dkk 2009, kasta di India terdiri dari Brahmana, Ksatria, Vaicya atau Waisya, dan Sudra. Mereka yang tidak termasuk dalam empat kasta tersebut digolongkan sebagai kasta di India masih dipertahankan dan dihormati hingga kini. Agar lebih memahaminya, berikut penjelasan tentang kasta di India selengkapnya untuk Anda. Sistem Kasta di IndiaPenerapan kasta di India terkenal sangat kaku dan tegas. Tiap kasta diwajibkan untuk menjaga kemurniannya masing-masing, sehingga mereka tidak diperbolehkan melakukan perkawinan campur dan berbaur dengan kasta kasta di India. Foto pixabayBahkan, di India tidak ada acara makan-makan bersama antara golongan kasta rendah dan kasta tinggi. Masing-masing kasta telah memahami batasan dari buku Seri IPS Sejarah SMP Kelas VII karya Dr. Prawoto 2007, berikut urutan kasta di India dari yang tertinggi sampai terendah yang bisa Anda simak1. Kasta BrahmanaDalam Reg Weda diceritakan bahwa kasta ini keluar dari mulut Dewa Brahma. Itu mengapa, golongan Brahmana merupakan kasta tertinggi yang suaranya harus didengar dan ditaati. Golongan ini terdiri atas para pendeta dan pemimpin Kasta KesatriaKasta Kesatria keluar dari tangan Dewa Brahma. Tugasnya menangkis serangan musuh dengan tangannya. Golongan Kesatria terdiri dari para pegawai pemerintahan dan Kasta WaisyaKasta ini keluar dari perut atau paha Dewa Brahma. Jika dianalogikan dengan tubuh manusia, paha berfungsi sebagai penopang dan pembawa tubuh. Oleh sebab itu, kasta Waiysa terdiri dari para pedagang yang membawa dagangan mereka ke berbagai kasta di India. Foto pixabay4. Kasta SudraKasta terendah ini keluar dari telapak kaki Dewa Brahma. Telapak kaki merupakan bagian tubuh yang paling bawah, maka Sudra pun menjadi golongan kasta yang kedudukannya paling rendah. Kasta ini ditakdirkan menjadi pelayan bagi kasta-kasta di keempat kasta tersebut, masih ada lagi golongan yang lebih rendah dari kasta Sudra. Golongan tersebut masuk dalam kasta Paria yang disebut juga sebagai outcast di luar kasta.Kasta Paria adalah golongan yang terbuang. Pada zaman dahulu, orang yang tergolong kasta Paria adalah bangsa Dravida yang didiskriminasi oleh bangsa Arya karena mereka berkulit hitam dan berhidung masa kini, golongan Paria lebih identik dengan orang-orang yang melanggar ketentuan agama, sehingga mereka harus disingkirkan dari lingkungan sekitar. Tujuannya yaitu agar tidak menodai kesucian agama masyarakat saja golongan kasta yang ada di India?Apa sebutan bagi orang yang berada di luar golongan kasta?Apa kasta tertinggi di India?
Sistem kasta menguntungkan para brahmana dan kesatria karena..... a. sistem kasta memberi kebebasan tanpa batas kepada kalangan elit b. kalangan waisya dan sudra sama-sama tidak mempunyai hak dalam masyarakat c. pembangian hak dan kewajiban dalam mesyarakat kurang tegas d. sistem kasta ditentukan tanpa persetujuan waisya dan sudra
sistem kasta menguntungkan para brahmana dan ksatria karena